Catatan Khotbah

Move on with technology

11 October 2015
Lukas 12:54-56, Efesus 5:15-16 dan Yohanes15:1,5
GI. Fandy Handoko T.

Fakta-fakta menunjukkan perkembangan teknologi yang luar biasa pesat dalam 10 tahun belakangan ini. Teknologi sudah sedemikian mengubah kehidupan manusia, termasuk setiap kita.

Teknologi sebenarnya adalah refleksi kreatif dan inovatif dari manusia sebagai gambar dan rupa Allah, yang menciptakan alat-alat dengan tujuan agar manusia dapat mengerjakan tugas dan misi Tuhan bagi manusia. Sebelum kejatuhan dalam dosa, manusia punya misi menghadirkan shalom di tengah-tengah kehidupan. Shalom berarti lebih dari sekedar damai, shalom adalah suatu kondisi di mana semua orang dalam posisi, fungsi masing-masing mengerjakan tugasnya dengan baik, saling berhubungan (berelasi) dengan baik satu sama lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis.

1.  Posisi

Akibat dosa, manusia menggunakan teknologi untuk melawan Allah dan menjadi berhala menggantikan posisi Allah. Contoh: manusia berkumpul hendak membangun menara Babel untuk melawan Allah, Selain itu, manusia memberhalakan teknologi, menjadi 'allah' dalam kehidupannya.

Di tengah jaman teknologi saat ini, konon ada 3 hal yang paling penting dalam hidup manusia, yakni signal wifi, baterai, dan pulsa. Marilah kita merefleksikan dalam hidup kita masing-masing, apakah teknologi menjadi tuan dalam kehidupan kita, menjadi berhala dalam kehidupan kita?

Indikator sesuatu bisa jadi berhala dalam kehidupan kita:

  • Sesuatu yang jika kita kehilangan hal tersebut, kita merasa hidup tak berarti
  • Sesuatu yang kita lamunkan atau idam-idamkan terus-menerus
  • Sesuatu yang membuat kita rela mengeluarkan uang sebanyak-banyaknya
  • Hal yang paling mempengaruhi emosi kita secara tidak wajar

Di tengah tantangan jaman teknologi saat ini, hanya dengan tinggal di dalam Kristus, kita dapat dimampukan menempatkan Kristus sebagai pusat, barulah kita bisa menempatkan teknologi pada tempatnya yang sesuai (Yohanes15:1,5)

  1. Fungsi

Fungsi berkaitan dengan peran kita masing-masing, jati diri, dan tanggung jawab. Karena dosa merusak shalom tersebut, manusia lupa akan fungsi dan posisinya yang sebenarnya. Teknologi bisa memberikan pengaruh negatif, yakni meredefinisikan fungsi kita secara keliru, yakni dengan cara:

  • the newest the better, contoh : kita selalu mau update dengan versi yang terbaru
  • the more the better, membuat kita tidak pernah merasa cukup, contoh : kita ingin selalu punya semua aplikasi media sosial yang ada saat ini
  • the faster the better, kita selalu mau sesuatu yang lebih cepat tanpa berpikir panjang, kita selalu terburu-buru dalam melakukan segala sesuatu. Pertumbuhan rohani orang Kristen tidak bisa buru-buru, harus melalui suatu proses.
  1. Relasi

Shalom yang rusak karena dosa akan mempengaruhi relasi. Teknologi jika digunakan secara salah, dapat dipakai untuk merusak hubungan antara manusia dengan dirinya, antar manusia, juga antara manusia dengan Allah. Ada fenomena saat ini hubungan antara manusia terjadi secara hyper reality, kita lebih suka berkomunikasi dengan orang lain dalam dunia maya, bukan dalam dunia yang realita. Relasi antar manusia dimediasi atau diperantara oleh teknologi.

Contoh: saat duduk bersama di meja makan, tidak ada percakapan karena bingung apa yang harus dibicarakan. Papa, mama, dan anak-anak sibuk dengan gadget masing-masing. Padahal di media sosial, kita sangat rajin posting, bawel mengomentari ini dan itu, sepertinya hubungan kita sangat hangat di sana. Ironis sekali karena kita lebih suka berhubungan dengan orang lain di media sosial, dibanding bertemu langsung. Kita merasa di media sosial, kita bisa berelasi dengan orang-orang yang kita suka saja, dan menghindari orang-orang yang kita suka.

Padahal relasi seharusnya berlangsung secara real, terjadi antara manusia secara langsung. Jika kita tidak terbiasa untuk menjalin hubungan secara real, maka tidak mungkin kita menghadirkan shalom melaui relasi kita dengan orang lain.

Tuhan rindu agar shalom dipulihkan, secara posisi, fungsi, dan relasi. Karena itu kita harus kembali kepada Kristus. Yohanes 15:5 mengingatkan untuk terus tinggal di dalam Kristus, 'menempel' pada Kristus sebagai pokok anggur, karena jika kita tidak terhubung (connected) kepada Kristus, maka semuanya menjadi sia-sia. 

Disaster dalam bahasa Inggris berasal dari 2 kata yang artinya tidak ada bintang, jadi masalah timbul karena tidak ada bintang sebagai pusatnya. Jika kita menempatkan Kristus sebagai pusat hidup kita, barulah kita dapat menempatkan semua yang lain secara tepat. Jika kita kembali kepada Kristus, barulah kita mengerti bagaimana posisi, fungsi, dan relasi yang benar.

Kita tidak mungkin hidup tanpa teknologi, karena teknologi sangat membantu kehidupan kita. Mari kita kembali kepada Firman, untuk mendefinisikan teknologi secara benar, dan agar kita beroleh kebijaksanaan untuk menggunakannya dengan tepat, sehingga bisa mengembalikan shalom yang sejati tersebut dalam kehidupan kita.